Zona Nyaman
Aku terjebak dalam zona nyaman hampir 8 tahun. Terjebak karena nyaman buat aku tak bisa kemana-mana, takut juga kemana-mana. Selalu ada alasan untuk aku tetap diam dan tidak mau bergerak. Perasaan tak ingin mengorbankan dan mengikhlaskan sesuatu menjadi salah satu alasan. Membuat hal yang sebenarnya sederhana menjadi rumit oleh pemikiranku sendiri. Ketika datang padaku pertanyaan, "Kenapa ga keluar dari zona nyaman ini?". Aku menjawab "Menunggu Waktu". Padahal aku tau waktu itu tidak untuk ditunggu karena pililhan waktu itu adalah "Mengikhlaskan atau tetap diam". Mungkin aku terlalu keras kepala dan memiliki ekspektasi tinggi, aku taruh ekspektasi pada raga orang lain sehingga saat tak tercapai kecewa pun hadir sebagai teman. Rasa sedih saat harus berpisah dengan orang-orang pada zona nyaman yang memang searah selama ini menjadi alasan paling kuat mengapa aku tak pernah pergi. Pulang, Saat kantor menjadi tempat untuk pulang seperti tempat pali